CeritaRakyat, Legenda dan Dongeng. 2,274 likes · 26 talking about this. Berbagi Cerita Rakyat, Legenda dan Dongeng dicopas dari Google. Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger. Gunung Bromo atau “Brahma” memiliki ketinggian Mdpl, berada di Jawa Timur dan merupakan gunung yang terhampar di kawasan Komplek Pegunungan Tengger. Gunung ini juga di sebut Kaldera Tengger merupakan sebuah gunung berapi aktif yang memiliki garis tengah ± 800 meter utara-selatan dan ± 600 meter timur-barat dan berada di lautan pasir seluas 10km. Menurut sejarah yang beredar, di katakan bahwa dahulu Gn. Bromo memiliki nama Gunung Tengger dengan ketinggian Mdpl. Akibat sebuah letusan besar terbentuklah lembah besar dan menciptakan sebuah Kaldera. Di dalam kaldera tersebut terdapat lautan pasir akibat materi vulkanik yang tertumpuk di dalam. Selain itu muncul gunung gunung Baru seperti Gunung Kursi, Widodaren,Watangan, Batok dan terbaru hingga saat ini yaitu Gunung Bromo. konon pada jaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah, penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal. Hingga pada akhirnya mereka pergi dan terpisah menjadi 2 bagian. Pertama menuju ke gunung Bromo, dan yang kedua menuju ke pulau Bali. Ke dua tempat ini sampai sekarang mempunyai 2 kesamaan yaitu tetap sama-sama menganut kepercayaan beragama Hindu. Pada area Taman Nasional, terdapat sebuah suku yang bernama suku Tengger. Nama Tengger tersebut berasal dari Legenda Roro Anteng juga Joko Seger yang mereka yakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “GER” akhiran nama dari Joko Se-”ger”. Sehingga Bromo sendiri masih mereka percaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Cerita Rakyat Suku Tengger Gunung Bromo Sebuah kisah tentang Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo, beginilah asal – usul Cerita rakyat suku tengger Bromo dan Semeru. Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra dengan fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir. Karenanya bayi tersebut mereka beri nama ”JOKO SEGER“. Pada sekitar Gunung Pananjakan, kala waktu itu ada juga seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik juga elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika telah lahir, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu mereka beri nama Rara Anteng. Dari hari ke hari Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Garis-garis kecantikan nampak jelas. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai pelosok negri. Banyak putera raja datang dan melamarnya. Namun pinangan itu ia tolak, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Datangnya Sang Pelamar Sakti Suatu hari Rara Anteng akan dipinang oleh seorang Bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti tersebut. Lalu ia berfikir untuk menggagalkan lamaran itu. Kemudian ia memiliki 1 permintaan kepada sang pelamar supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dia anggap bahwa pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Karena Lautan yang ia minta itu harus dibuat dalam waktu satu malam. Memulainya saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Namun bajak sakti tersebut menyanggupi permintaan Rara Anteng tersebut. Kala matahari mulai terbenam, Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan tersebut. Anehnya, hanya dengan menggunakan alat sebuah tempurung batok kelapa pekerjaan itu hampir selesai ia kerjakan. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Kemudian berfikir bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dia buat tersebut. Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan batinnya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Singkat cerita Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan, lalu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba. Akan tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak sakti itu mendengar ayam-ayam berkokok. Tetapi benang putih sebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah pun dicampur emosi. Pada akhirnya Tempurung yang ia pakai sebagai alat mengeruk pasir itu, Dia lempar dan jatuh tertelungkup di samping Gn. Bromo. Kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang bernama Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak itu membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari, Rara Anteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Berdirinya Suku Tengger Bromo dan Pemimpin yang Budiman Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Mereka membuat nama desa sesuai nama keduanya. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai. Namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan, Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga memiliki keturunan. Kemudian Joko Seger memutuskan naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul. Namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus mereka korbankan ke kawah Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya. Kemudian mereka dapatkan 25 orang putra-putri. Tak mereka sangka, naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata tentang Sejarah Bromo ini, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka. Kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan, karena terjilat api dan masuk ke kawah Bromo. Bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Syah Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian persembahkanlah kepada Hyang Widi asa di kawah Bromo”. Sampai saat ini kebiasaan tersebut mereka ikuti secara turun temurun oleh masyarakat suku Tengger. Lalu setiap tahun mereka juga adakan upacara inti yaitu upacara Kasada/Kasodo di pura Poten lautan pasir dan kawah Bromo. Penutup Demikian tentang Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo Semeru yang melegenda ini. Semoga cerita ini menjadi budaya yang tak terlupakan. Hingga sampai sekarang Gn. Bromo menjadi tempat begitu indah juga menjadi lokasi wisata terbaik di negeri ini. GunungBromo atau dalam bahasa Tengger dieja "Brama", juga disebut Kaldera Tengger, adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia.Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di
Gunung bromo adalah salah satu jenis gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Keindahan alam yang di tawarkan gunung Bromo, menarik para wisatawan untuk berkunjung kesana. Bukan hanya wisatawan domestik saja yang terpikat dengan keindahan alam gunung bromo. Wisatawan asing juga berlomba-lomba untuk berkunjung ke Bromo. Siapa sangka jika gunung yang cantik ini menyimpan legenda yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Legenda ini juga menjadi dasar adanya tradisi upacara kasada yang rutin di selenggarakan setiap tahun di gunung ini. Kira-kira seperti apa ya kisahnya? Berikut cerita gunung bromo dalam bahasa jawa beserta unsur intrinsiknya. Para Dewa Turun dari KayanganKelahiran Joko SegerKelahiran Roro AntengRoro Anteng di Pinang RaksasaSyarat Pernikahan dari Roro AntengSiasat Roro Anteng untuk Menggagalkan LamaranPernikahan Roro Anteng dan Joko SegerBertapa untuk Memiliki AnakRoro Anteng dan Joko Seger Memiliki AnakGunung Bromo MeletusPengorbanan Jaya KesumaAwal Mula Tradisi Upacara KasadaUnsur Intrinsik Legenda Gunung BromoTemaTokohLatarAlurSudut PandangAmanat / Pesan Moral Para Dewa Turun dari Kayangan Ing jaman biyen nalika Para Dewa saka kayangan isih sering mudun ing dunya. Nalika iku Kerajaan Majapahit kena serangan saka kerajaan liya. Serangan kuwi gawe warga Majapahit padha bingung nyelametake uripe. Lan padha golek panggon kanggo ngungsi. Kahanan kasebut padha wae karo para Dewa sing mulai lunga marang siji panggonan ing sekitarane Gunung Bromo. Gunung Bromo isih tenang lan ngadek sing slimuti kabut putih. Para Dewa sing teka ing sekitarane Gunung Bromo, mulai semayam ing lereng Gunung Pananjakan. Saka lereng Gunung Pananjakan bisa weruh kapan srengengene munggah saka wetan lan kapan srengengene sirep saka kulon. Kelahiran Joko Seger Ing sekitare Gunung Pananjakan panggone para Dewa semayam ya uga ana panggonan kanggo para pertapa. Pertapa ing Gunung kasebut saben dina muja lan ngening cipta. Ing sawijining dina sing mbahagiakake, bojone pertapa kuwi nglairake anak lanang. Rupane anak lanang kasebut ganteng banghet kaya ana cahaya terange. Cahaya kuwi mertandakake anak kasebut lair saka titisan jiwa sing suci. Anak kasebut wiwit lair keton sehat lan kuat. Tendhangan sikile kuat lan gegeman tangane seret banget. Kuate bocah kasebut ora kaya bocah bayi sing umum. Amerga lahir sehat lan kuat bocah kasebut di arani Joko Seger. Artine Joko Seger yaiku bocah lanang kang sehat lan kuat. Kelahiran Roro Anteng Ing sekitare Gunung Pananjakan panggonan liya, padha karo wektu kelahirane Jaka Seger ya anak bocah wadon kang di lahirake. Bocah wadon kasebut uga lair saka titisane Dewa. Rupane bocah kasebut ayu lan elok. Siji-sijine bocah wadon ing panggonan kasebut ya bocah kuwi. Umume bocah kang di lahirake padha nangis. Nanging bocah kasebut ora nangis lan meneng wae. Amarga kahanan kasebut, bocah kuwi di arani Roro Anteng. Ing umure kang wis remaja, Rara Anteng dadi bocah kang ayu banghet. Metu jelas saka raine Rara garis garis ayune. Roro Anteng di Pinang Raksasa Kaendahane Rara Anteng terkenal ing saben daerah. Akeh putra raja sing nglamar, nanging padha di tolak. Rupane Rara Anteng wis kepincut karo bocah lanang liya yaiku Joko Seger. Apa maneh bapake Roro Anteng bisa nerima Joko Seger dadi calon mantune senajan Joko dudu golongane bangsawan. Nanging banjur ana masalah yaiku nalika kabar kaendahane Roro Anteng kesebar tekan kupinge raksasa sing manggon ing sakitare lereng Gunung Bromo. Raksasa sing kaya badhak kasebut jenenge Kyai Bima. Dheweke sekti, kuat lan kejem. Barang krungu kabar kuwi kyai Bima langsung teka nglamar Roro Anteng. Yen karepe ora iso di turuti, dhusun lan saisine bakal di sirnakake. Kahahan kasebut gawe Roro Anteng lan keluargane bingung nolak lamarane. Dene Joko Seger ora bisa nindakake apa-apa amarga ora bisa nandhingi kekuawatan gaibe raksasa kasebut. Syarat Pernikahan dari Roro Anteng Sawise mikir sedhela, akhire Roro Anteng nemu cara kanggo nolak lamarane Kyai Bima kanthi alus lan sopan. Dhewek bakal ngetrapake siji syarat sing bisa di tindakake dening raksasa kasebut. “Inggih Kyai Bima! Kula bakal nampa lamarane panjenengan, nanging sampeyan kudu netepi siji syarat”. Ujar Roro Anteng. “Apa syarate! Cepet kowe ngomongo!”. Dawuhe Kyai Bima kanthi swara nyentak. Krungu swara kasebut, Roro Anteng dadi gugup. Nanging dheweke nyoba tetep tenang kanggo ngilangi rasa gugup. “Gawekna kula telaga ing dhuwur Gunung Bromo! Yen panjenengan bisa ngerampungake sewengi, kula bakal nampa lamarane panjenengan Kyai”. Ujare Roro Anteng. Kanthi yakin lan gawe kekuwatan gaib, Kyai Bima nyetujui syarat kasebut lan nganggep syarat kasebut gampang banget kanggo dheweke. “Apa iku wae sing mbok pengeni Roro Anteng?” Pitakone raksasa kanthi nada angkuh. “Inggih, nanging panjenengan kudu eling, kudu rampung sakderenge jago kluruk!”. Wangsulane Roro Anteng. Krungu wangsulane Roro Anteng, raksasa kasebut ngguyu banjur mlayu menyang pucuk Gunung Bromo. Tekan kana, dheweke wiwit ngeruk lemah nganggo tempurung klapa sing gedhe banget. Siasat Roro Anteng untuk Menggagalkan Lamaran Mung sawetara kerukan, dheweke wis kasil nggawe bolongan gedhe. Dheweke terus ngeruk lemah ing gunung tanpa leren. Rara Anteng wiwit kuwatir, bareng wayah esuk panggaweane Kyai Bima wis meh rampung. “Adhuh, cilaka aku! Raseksa kuwi pancen kuwasa. Apa sing kudu tak lakoni kanggo gagalake gaweyane?”. Ujare Rara Anteng. Roro Anteng mikir maneh piye carane supaya raseksa kasebut ora iso netepi panjalukane. Pungkasane dheweke mutusake kanggo nangikake keluawarga lan tanggane. Wong lanang di dhawuhi ngobong jerami lan wong wadon di dhawuhi numbuk beras. Ora suwe banjur ana cahya abang saka wetan. Swarane lesung muni bola-bali, banjur di susul swarane jago kluruk. Ngerti pratandha yen esuk bakal teka, Kyai Bima kaget lan langsung mandheg anggone gawe sendhang sing meh rampung. “Apes tenan! Jebule wis esuk. Aku gagal rabi karo Roro Anteng”. Tangise raksasa nesu. Nalika Kyai Bima utawa reksasa metu saka puncak Gunung Bromo, dheweke mbalang bathok klapa sing isih di cekel. Jarene bathok klapa mau ambruk banjur malih dadi gunung sing di arani jeneng Gunung Bathok. Dalan sing di lewati reksasa mau dadi kali lan katon saiki isih iso di delok saka alas pasir Gunung Batok. Telaga sing ora di rampungake Kyai Bima saiki di arani segara Wedi utawa segara pasir sing nganti saiki isih bisa di tekani ing tlatah Gunung Bromo. Ngerti kabar yen raksasa gagal, Roro Anteng lan keluargane padha bungah. Raksasa mau lunga. Pernikahan Roro Anteng dan Joko Seger Ora suwe, Roro Anteng lan Joko Seger rabi. Sakwise rabi, Roro lan Joko mbukak desa anyar sing jenenge Desa Tengger. Jeneng kasebut di jupuk saka gabungan pungkasane jeneng Anteng Teng lan Seger ger. Wong kae urip seneng ing deso kasebut. Ing pimpinane Joko Seger lan Roro Anteng, warga ing deso kasebut urip ayem tentrem. Baca Juga √ Cerita Legenda Sangkuriang dalam Bahasa Jawa Bertapa untuk Memiliki Anak Nanging sakwise rabi wis suweh, Joko lan Roro durung duwe anak. Akhire wong loro kuwi tapa ning puncak gunung Bromo. Tapane amarga pengen duwe keturunan. Ora suwe banjur ana suara saka njero kawah Gunung Bromo. “Bojoku, rungokno! Kayane Dewa wis ngijabahi kekarepane kita. Matur nuwun Gusti Agung. Mengko anakku sing ragil bakal dakpasrahake marang Gusti Agung”. Ujare Joko Tengger kanthi ati kang bungah. Amarga seneng banghet, janji sing di omongake ora di pikir dhisik. Joko Seger sing kesusu ora ngrumangsani yen janjine bakal angel di tindakake. “Bojoku, kowe ngomong apa? Kita ora bakal duwe ati ngorbanake anak kandung kanggo dadi sesaji”. Ujare Roro Anteng. “Sepurane bojoku, amarga saking senenge aku ora mikir kanthi cetha. Nanging aku ora isa mbalekno apa sing wis tak ucapke dhateng Dewa. Dewa isa murka”. Wangsulane Jaka. Roro Anteng dan Joko Seger Memiliki Anak Taun ganti taun, kekarepane Joko Seger lan Roro Anteng wis kawujud. Akhire dheweke duwe anak sepuluh. Sakwise duwe anak sepuluh, dheweke ora duwe anak maneh. Mula, anak sing nomer sepuluh di anggep bocah paling ragil. Bocahe di jenengi Jaya Kesuma. Suwe-suwe anake podho gedhe kabeh. Joko Seger lan Roro Anteng durung netepi janjine. Dadi uripe ora kepenak lan ora tenang. Gunung Bromo Meletus Ing sawijining dina, ana kedadeyan sing gawe kaget kabeh warga Tengger. Gunung Bromo sing suci arep mbledos. Gunung kasebut ngetokake awu ireng lan lahar. Sekabehane warga Suku Tengger padha gupuh lan langsung mlayu. Mung Joko Tengger lan keluargane sing isih ana ing panggon kono. Sanadyan padha ngerti bebaya sing bisa di tindakake, dheweke nyoba ngati-ati ana ing desa kasebut. “Bojoku, kayane Dewa pancen mblenjani janji”. Ujare Joko Seger. Gupuhe Roro lan Joko dadi pitakonane anak-anake. “Ana apa bapak lan ibuk kok kuwatir banget, yen wedi gunung mbledhos mesthi padha mlayu wiwit wingi”. Batine anake. Akhire Joko Seger lan Roro Anteng nyritakake marang anak-anake kedadeyan pirang-pirang taun. Krungu crita kuwi, anak-anake padha sedhih banget. Amarga kanggo netepi janjine, wong tuwa kudu kelangan adhine sing ragil. Nanging yen ora netepi janji kasebut, para Dewa bakal duka lan bisa ngrusak kabeh suku Tengger. Pengorbanan Jaya Kesuma Kahanan iki kaya mangan woh simalakama, anak-anake ora ana sing wani ngomong. Dumadakan anak sing ragil yaiku Jaya Kesuma matur marang keluargane. “Bapak, ibu lan dulur-dulur sing kula tresnani, mugi-mugi Gusti Agung nampi kurban kula”. Ujare anak ragil Jaya Kesuma. Apa sing di omong Kesuma gawe kaget lan sedhih sakabenahe keluarga. Dheweke ora pingin kelangan wong sing di tresnani. Nanging, janji kudu di tepati kanggo katentremane suku Tengger. “Aku mung njaluk eling karo lungaku. Tulung kirimen hasil tetanen lan ingon-ingon menyang kawah Bromo saben tanggal 14 wulan Kasadha”. Ujare Kesuma. Sakwise pamit marang keluargane, Kesuma banjur menyang puncak Gunung Bromo. Ora ana rasa wedi ing raine. Kanthi gagah prakoso, dheweke banjur nyemplung ing kawah Bromo. Awal Mula Tradisi Upacara Kasada Sakwise Kesuma ngurbanake awake, Gunung Bromo katon ayem. Dheweke ngira yen para Dewa wis ora duka maneh. Wiwit kadadean kasebut, tradhisi ngiri asil tetanen lan ingon-ingon ing kawah Bromo tetep ana nganti saiki. Tradhisi iki di tindakak saben taun ing sasi Jawa Asyuro Suro banjur di arani tradisi Kasadha. Unsur Intrinsik Legenda Gunung Bromo Setelah membaca asal usul gunung bromo secara keseluruhan, selanjutnya kita dapat menganalisis unsur intrinsiknya. Berikut unsur instrinsik cerita gunung bromo dalam bahasa Jawa. Tema Tema CeritaLegenda Gunung Bromo ini bertema tentang suatu perjanjian. Seperti pada cerita, Rara Anteng tidak dapat menepati janjinya dan berbuat curang agar tidak dapat menikahi Kyai Bima. Suatu ketika Rara Anteng dan suaminya membuat perjanjian kembali dengan para Dewa. Namun, kali ini Rara Anteng tidak dapat mengelaknya. Sehingga anaknya yang terakhir harus di korbankan ke kawah Gunung Bromo. Tokoh Tokoh CeritaAda beberapa tokoh utama dalam cerita rakyat asal usul Gunung Bromo, antara lain adalah Roro Anteng, Joko Seger, Kyai Bima, Jaya Kesuma. Roro Anteng di gambarkan sebagai wanita yang sangat cantik dan baik hati. Namun di lain sisi, Roro dapat berbuat curang dan mengingkari janjinya agar tidak menikahi orang yang tidak di cintai. Joko Seger di gambarkan sebagai laki-laki yang tampan, gagah, bertanggung jawab dan bijaksana. Namun, Jaka seger seperti manusia pada umumnya yang memiliki kelemahan yang terkadang berjanji tanpa berpikir ke depannya. Seperti ketika Joko terlena karena kesenangannya yang akan memiliki anak. Sampai dia lupa membuat perjanjian untuk mengorbankan anak terakhirnya. Kyai Bima adalah sosok antagonis dalam cerita yang berwujud seorang raksasa. Sifatnya pemarah, kejam dan ingin menang sendiri. Kyai Bima tidak segan untuk mengancam orang lain agar mendapatkan apa yang di inginkan. Hal ini di gambarkan ketika Kyai Bima hendak meminang Roro Anteng. Jika pinangannya tidak di terima maka Kyai Bima tidak segan menghabisi warga sekitar gunung Bromo dan merusak desanya. Karena itu dengan bijaksana Roro memberikan syarat agar di penuhi Kyai Bima. Jaya Kesuma adalah anak terakhir Roro Anteng dan Joko Seger. Tokoh ini di gambarkan sebagai anak yang bijaksana dan rela berkorban demi kepentingan bersama. Jaya Kesuma dengan gagah dan berani rela mengorbankan nyawanya dan menjalankan janji yang di buat kedua orang tuanya. Pengorbanan yang dia lakukan yakni agar warga Suku Tengger lebih tentram dan damai karena janji kepada Dewa sudah di penuhi. Latar Latar CeritaLatar tempat dalam cerita rakyat ini di sekitar Gunung Bromo yang berada di Provinsi Jawa Timur. Juga di desa yang di dirikan Rara dan Jaka yakni Kawasan Tengger. Latar waktu pada cerita ini adalah terjadi pada jaman dahulu yakni jaman Kerajaan Majapahit dimana masyarakatnya mempercayai para Dewa. Alur Alur CeritaAsal usul Gunung Bromo ini memiliki alur maju. Ceritanya di mulai dari kelahiran Rara dan Jaka, hingga keduanya menikah dan memiliki anak. Dari cerita itu juga di kisahkan konflik yang mereka hadapi hingga penyelesaiannya yang berakhir bahagia. Sudut Pandang Sudut PandangSudut pandang dalam cerita ini adalah orang ketiga. Karena yang di ceritakan adalah kisah orang lain. Amanat / Pesan Moral Pesan MoralDari kisah ini banyak pelajaran yang dapat di ambil, yang paling menonjol adalah tentang janji yang harus di tepati. Sepahit apapun janji yang sudah terucap tidak dapat di tarik kembali. Mengingkari janji hanya akan menambah konflik yang lain. Karena itu, janji harus di tepati sepahit apapun itu. Meskipun butuh pengorbanan, agar lebih tenang janji harus di tepati. Demikianlah legenda gunung bromo yang menceritakan kisah Roro Anteng dan Jaka Seger sebagai asal mula terjadinya tradisi upacara kasada di Tengger. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pesan moral dan kisah tersebut.
PasirBerbisik adalah salah satu lokasi yang berada di area lautan pasir bromo selain dari Penanjakan, Kawah Gunung Bromo dan Padang Savana, awal mula dari pasir berbisik ini adalah tempat di mana lautan pasir yang memiliki suara desisan angin yang khas saat ada terpaan angin. Dari sinilah masarakat sekitar atau wisatawan menyebut tempat ini
Berbicara mengenai Gunung Bromo, hal pertama yang terlintas adalah destinasi wisata yang menarik dengan keindahan panorama alam yang eksotis. Namun, tahukah Anda cerita sejarah di balik legenda Gunung Bromo?Sebagai salah satu satu sastra lisan, legenda mengenai Gunung Bromo ini memiliki beberapa versi. Nah, untuk mengetahui cerita tentang asal mula Gunung Bromo, berikut ini penjelasan selengkapnyaLegenda atau Mitos yang Beredar di Gunung BromoSebelum membahas mengenai legenda Bromo, Anda harus mengetahui pengertian legenda terlebih dahulu. Legenda berasal dari kata legere yang dalam bahasa Latin memiliki makna cerita rakyat yang mengisahkan tokoh dan peristiwa di suatu tempat tertentu berdasarkan fakta historis dan itu, legenda dalam terjemahan bahasa Inggris sering disebut dengan history yang berarti sejarah. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pengertian legenda merujuk pada cerita rakyat yang berkaitan dengan peristiwa terjadinya suatu Legenda Gunung BromoNama Tengger dan BromoLegenda Gunung Bromo berasal dari Provinsi Jawa Timur dan berkaitan erat terjadinya Gunung Batok yang berkaitan erat dengan kepercayaan suku Tengger. Nama Tengger sendiri berasal dari kata “Teng” yang diambil dari nama akhiran Rara Anteng dan “Ger” diambil dari nama akhiran Joko Bromo diambil dari kata “Brahma” yang menurut kepercayaan umat Hindu memiliki makna Dewa Utama. Karena letaknya di Jawa, maka penduduk setempat menyebutnya dengan sebutan Bromo sesuai pelafalan dalam bahasa Mula LegendaLegenda Gunung Bromo singkat yaitu berawal ketika Kerajaan Majapahit diserang oleh musuh-musuhnya. Hal ini membuat penduduk pribumi yang tinggal di lingkungan kerajaan tersingkir, sehingga mereka kebingungan mencari tempat akhirnya mereka tercerai-berai dan terpisah ke 2 tempat yang berbeda yaitu Gunung Bromo dan Pulau Bali. Hal inilah yang mendasari adanya persamaan di kedua tempat ini yaitu mayoritas penduduknya yang memeluk agama cerita rakyat suku Tengger yang tinggal di sekitar Bromo, mereka mempercayai adanya sejarah Gunung Bromo yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Cerita mengenai legenda Gunung Bromo ini berawal kisah istri seorang hari, istri Brahmana ini melahirkan seorang putra yang diberi nama Joko Seger karena perawakannya yang segar bugar dan tangisannya yang lantang. Sementara itu, di sebuah tempat yang terletak di Gunung Pananjakan, lahir pula seorang bayi perempuan titisan bayi perempuan itu sangatlah elok. Berbeda dari bayi pada umumnya, bayi perempuan ini tidak menangis dan terlihat begitu tenang. Oleh karena itu, kedua orang tua bayi perempuan tersebut memberikan nama Rara Rara AntengHari demi hari, bayi perempuan ini tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Karena kecantikannya inilah, nama Rara Anteng menjadi masyhur sampai ke berbagai pelosok negeri. Tersiarnya kabar tentang Rara Anteng ini membuat banyak putera raja ingin banyaknya putera raja yang hendak melamar, semua pinangan ditolak oleh Rara Anteng karena hatinya telah terpikat pada sosok pemuda rupawan yaitu Joko Seger. Pada suatu hari, datanglah seorang bajak yang terkenal akan kesaktian dan kekuatannya hendak melamar Rara tersebut terkenal bengis dan jahat, sehingga membuat Rara Anteng takut untuk menolak pinangannya. Kemudian Rara Anteng merancang sebuah rencana untuk menggagalkan pinangan sang bajak, dengan mengajukan permintaan untuk dibuatkan lautan di tengah gunung dalam satu Anteng berpikir bahwa dengan permintaannya yang aneh dan sulit ini, sang bajak tidak akan sanggup mengabulkannya. Sang bajak sakti tersebut menyanggupi permintaan Rara Anteng dan mulai membuat lautan saat matahari mulai kesaktiannya, ia bisa membuat lautan di tengah gunung dengan menggunakan alat berupa batok kelapa. Melihat hal tersebut, Rara Anteng mulai gelisah dan berencana menggagalkan pekerjaan sang bajak sakti Rara AntengSingkat cerita, di tengah malam tersebut Rara Anteng mulai menumbuk padi yang membuat ayam-ayam terbangun dan berkokok. Mendengar ayam-ayam yang berkokok, sang bajak merasa kesal dan marah karena tidak berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat kemudian melempar batok kelapa tersebut dan jatuh dalam posisi telungkup tepat di samping Gunung Bromo. Batok kelapa tersebut akhirnya berubah menjadi gunung yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan Gunung Anteng dan Joko Seger akhirnya memutuskan menikah dan menguasai sebuah gunung berapi yang diberi nama Tengger. Karena tidak kunjung dikaruniai anak, mereka memutuskan untuk berdoa dan memohon kepada mereka dikabulkan dengan syarat bahwa anak terakhir harus dikorbankan sebagai imbalan bagi Dewa. Singkat cerita, anak terakhir Rara Anteng dan Joko Seger yang bernama Kesuma akhirnya ditelan ke dalam kawah gunung sebagai persembahan para karena itu, setiap tanggal 14 Kasada yaitu bulan ke-12 menurut kalender suku Tengger, masyarakat Tengger dari generasi ke generasi selalu mengadakan upacara persembahan bagi para dewa sesuai nasihat Mitos Seputar Gunung BromoMitos mengenai Gunung Bromo ini sudah dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Bahkan tidak hanya masyarakat di sekitar Bromo saja, masyarakat di luar daerah tersebut juga mempercayainya. Berikut ini beberapa mitos-mitos seputar Gunung Bromo1 Pasir HisapMitos pertama tentang Gunung Bromo yaitu adanya pasir hisap berbahaya yang terdapat di samping padang savana. Keindahan alam hamparan rumput savana yang hijau rupanya menyimpan misteri tersendiri, dimana Anda harus selalu waspada dan berhati-hati dengan keberadaan pasir hisap Pusaka DewaSelain pasir hisap, Gunung Bromo juga menyimpan mitos tentang adanya pusaka dewa di sekitar kawasan tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, pusaka ini merupakan peninggalan dewa-dewa pada masa Kerajaan percaya bahwa pusaka milik dewa-dewa ini tersimpan rapi di dalam kawasan gunung. Hal ini juga mengingatkan bahwa setiap orang yang berkunjung ke sini harus sopan dan menjaga perilaku, serta ucapannya sebagai wujud rasa hormat terhadap keberadaan penjaga Gunung Istana GaibSebagai salah satu gunung yang dianggap suci, masyarakat setempat juga mempercayai mitos tentang keberadaan istana gaib. Konon, istana tak kasat mata yang dibangun oleh Ki Bromo ini memiliki 18 saat ini, setiap Gunung Bromo mengalami erupsi, masyarakat Bromo akan memberikan sesajen berupa palawija. Masyarakat setempat percaya bahwa erupsi tersebut terjadi karena Ki Bromo sedang melanjutkan proses pembangunan istana gaib 18 Akar GaibBerdasarkan cerita orang-orang pintar’, Gunung Bromo menyimpan misteri seputar akar gaib yang ditemukan di kawasan gunung ini tepatnya di kawah pasir. Mereka percaya bahwa keberadaan akar gaib ini dapat melindungi kawasan Bromo dari hal-hal setempat juga mempercayai bahwa mereka yang datang ke gunung ini dengan niat buruk, maka akan dibuat tersesat oleh akar gaib ini. Meskipun terdengar tidak masuk akal, Anda tetap harus menghargai keberadaan mitos tersebut sebagai bentuk rasa hormat terhadap kearifan memahami mengenai sejarah dan legenda Gunung Bromo, apakah Anda semakin tertarik untuk mengunjunginya? Meski banyaknya mitos yang berkembang seputar Gunung Bromo, hal ini rupanya tidak menyurutkan minat wisatawan gunung bromo untuk datang dan menikmati keindahan alamnya. Dalamcerita rakyat asal-usul Gunung Bromo ini, ada beberapa tokoh yang akan diulik. Tokoh-tokoh tersebut adalah Rara Anteng, Jaka Seger, Kyai Bima, dan Jaya Kesuma. Lutung Kasarung, asal mula Telaga Warna, dan lain-lain. Tunggu apa lagi? Dilanjutkan membacanya, yuk! ← Legenda Aji Saka dan Asal Usul Aksara Jawa Beserta Ulasan Lengkapnya.
Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi aktif yang ada di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur dan meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Bromo jadi tujuan wisata terkenal di Jawa Timur dan hampir tidak pernah sepi setiap harinya. Statusnya yang masih aktif membuat Gunung Bromo jadi lebih menarik di mata wisatawan. Ketinggian Gunung Bromo meter diatas permukaan laut dan memiliki bentuk tubuh bertautan diantara lembah dan ngarai dengan di kelilingi kaldera atau lautan pasir luas kurang lebih sekitar hektar. Gunung Bromo terkenal sebagai icon wisata probolinggo paling indah dan paling banyak dikunjungi. Kata “Bromo” berasal dari kata “Brahma” yaitu salah satu Dewa Agama Hindu. Gunung Bromo memang tidak besar seperti gunung api lain di Indonesia tetapi pemandangan Bromo sangat menakjubkan sekali. Keindahan Gunung Bromo yang luar biasa membuat wisatawan kagum. Dari puncak Penanjakan pada ketinggian m, wisatawan bisa melihat matahari terbit di Wisata Bromo. Pemandangan yang indah membuat banyak wisatawan ingin mengabadikan momen berharga ini. Pada waktu matahari terbit terlihat dari puncak penanjakan yang sangat luar biasa para pengunjung bisa melihat latar depan dari Gunung Semeru yang akan mengeluarkan asap terlihat dari kejauhan dan matahari akan bersinar terang naik ke atas langit. Masyarakat sekitar Gunung Bromo akan merayakan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setiap tahun sekali dengan memerikan persembahan seperti sayuran, ayam, dan uang yang akan dipersembahkan pada dewa dan dibuang ke dalam kawah gunung Bromo. Sebagai wujud dari rasa syukur kepada yang maha kuasa. Sejarah Gunung BromoTempat Wisata di Gunung BromoKawah Gunung BromoBukit Teletubies Gunung BromoPasir Berbisik Gunung BromoPenanjakan Gunung BromoKebun Strawberry di Gunung BromoBudaya di Gunung BromoAktivitas Gunung BromoLetusan pada tahun 2004Letusan pada tahun 2010Letusan pada tahun 2011Cara Liburan ke Gunung Bromo Sejarah Gunung Bromo Jaman dahulu ketika kerajaan majapahit menerima banyak serangan dari berbagai daerah, banyak penduduk pribumi jadi bingung mencari tempat tinggal baru sampai akhirnya mereka pisah jadi 2 bagian. Satu menuju ke Bali, dua menuju Gunung Bromo. Kedua tempat ini sampai sekarang memiliki kesamaan yaitu sama-sama menganut Agama Hindu. Nama “Tengger” diyakini berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. “Teng” merupakan akhiran nama Roro An-“teng” dan “ger” merupakan akhiran nama dari Joko Se-“ger” dan Gunung Bromo juga dipercaya sebagai gunung suci. Masyarakat Hindu menyebutnya dengan nama Gunung Brahma. Sedangkan orang Jawa menyebutnya Gunung Bromo. Kurang lebih seperti itulah asal – usul dari legenda Gunung Bromo. Tempat Wisata di Gunung Bromo Kawah Gunung Bromo Untuk dapat sampai di lokasi wisata Kawah Gunung Bromo, dari tempat parki Jeep para pengunjung dapat menggunakan jasa sewa kuda atau berjalan kaki kurang lebih sekitar 1,5 km untuk sampai di anak tangga yang jumlahnya sekitar 250. Jalan yang dilewati berpasir dan melewati Pura Suci Suku Tengger yang biasa di fungsikan untuk melaksanakn perayaan Yadya Kasada atau biasa disebut dengan nama Upacara Kasodo, menurut legendanya Kawah Bromo asalnya dari letusan gunung Tengger. Dengan garis tengah lebih kurang 800 meter utara-selatan dan lebih kurang 600 meter timur-barat. Sedangkan kawasan yang berbahaya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Gunung Bromo. Bukit Teletubies Gunung Bromo Merupakan sebuah padang-savanah yang biasa disebut dengan nama Bukit Teletubies Gunung Bromo dan dikelilingi deretan perbukitan. Sebuah pemandangan alam yang sangat sempurna, bisa dikatakan Gunung Bromo mempunyai pesona alam yang sangat komplit, mulai dari pemandangan matahari terbit yang indah, kemegahan kawah Wisata bromo, kaldera atau lautan padang pasir dan hamparan rumput yang terdapat di padang savanah ini. Pasir Berbisik Gunung Bromo Merupakan hamparan lautan padang pasir hitam yang luas dan indah, lokasinya berada di sekitar Kaldera Gunung Bromo tepat pada bagian timur kawasan wisata Gunung Bromo. Tempat ini sekarang jadi populer sejak pernah dijadikan sebagai lokasi shooting film Pasir Berbisik yang dibintangi oleh dian Sastro Wardoyo. Berada ditengah lautan pasir terdapat sebuah pure yang biasa dijadikan sebagai tempat sembahyang masyarakat suku Tengger. Penanjakan Gunung Bromo Gunung Bromo adalah lokasi terbaik di Indonesia untuk melihat matahari terbit yang sangat indah dan menawan. Untuk dapat mencapai Penanjakan Gunung Bromo, wisatawan bisa menggunakan jasa sewa jeep Bromo untuk mengantarkan sampai ke lokasi-lokasi wisata menarik di Gunung Bromo. Berangkat menuju Puncak Pananjakan Gunung Bromo harus dilakukan pada di dini hari pagi sekitar pukul dan perjalanan dapat dimulai dari penginapan tempat Anda menginap di gunung bromo, supaya Anda tidak ketinggalan matahari terbit di kawasan wisata Gunung Bromo. Kebun Strawberry di Gunung Bromo Gunung Bromo tidak hanya menawarkan Anda pemandangan alam yang indah dan kebudayaan saja, dalam bidang Agrowisata Anda juga dapat menemukan kawasan wisata yang memiliki nuansa beda untuk di Gunung Bromo. Di kawasan wisata yang satu ini, Anda dapat langsung memetik buah strawberry sendiri langsung dari tangkai pohonnya. Lebih dari itu Anda juga dapat secara langsung menikmati manisnya strawbery khas Gunung Bromo. Buah Strawbery yang tumbuh di Gunung Bromo ini beda dengan yang ada di daerah lain. Yang membuatnya berbeda, strawberry yang tumbuh di Gunung Bromo ini mempunyai cita rasa khas yang legit, dan berwarna merah merona. Jika Anda sedang berkunjung ke salah satu gunung yang tercantik di dunia ini, tidak ada salahnya mencoba untuk nikmati sensasi manis dan legitnya buah strawberry lereng Gunung Bromo. Budaya di Gunung Bromo Pada waktu hari ke 14 festival Hindu Yadnya Kasada, masyarakat Tengger yang hidup di sekitar Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, melakukan pendakian gunung dengan membawa sesaji atau persembahan yang berupa buah, beras, sayuran, bunga dan juga pengorbanan ternak mereka kepada para dewa gunung dengan cara melemparkan sesaji tersebut ke dalam kaldera gunung berapi. Asal usul dari ritual ini berasal dari legenda pada abad ke-15 di mana ada seorang putri bernama Roro Anteng dan suaminya, Joko Seger. Pasangan ini awalnya tidak memiliki keturunan dan karena itu pasangan ini memohon bantuan pada para dewa gunung. Para dewa Gunung kemudian memberikan mereka 24 anak akan tetapi, ternyata diberikan 25 anak, yang terakhir bernama Jaya Kusuma, dan dalam perjanjian pasangan tersebut dengan para dewa, pasangan tersebut harus melemparkan anaknya yang ke 25 ke dalam gunung berapi sebagai korban. Kemudian permintaan dari dewa Gunung pun dilaksanakan. Setelah Jaya Kusuma menceburkan diri ke dalam kawah Gunung, dia meminta pada masyarakat Tengger supaya menceburkan hasil ladang ke dalam kawah setiap tanggal 14 bulan kasadha, Tradisi melemparkan hasil ladang ke gunung berapi untuk menenangkan para dewa-dewa kuno ini kemudian berlanjut sampai saat ini dan disebut dengan upacara Yadnya Kasada. Meskipun berbahaya, beberapa warga mengambil resiko naik turun ke kawah gunung tersebut, dalam upaya untuk membawa barang yang dikorbankan tersebut dipercayai dapat membawa keberuntungan untuk mereka. Pada padang pasir terdapat sebuah candi Hindu yang disebut dengan nama Pura Luhur Poten. Candi tersebut memegang arti penting untuk masyarakat Tengger yang tersebar di desa-desa pegunungan, seperti Argosari, Ngadisari, Ngadas, Wonokitri, Ranu Prani, Ledok Ombo dan Wonokerso. Candi ini menjadi tempat utama dalam upacara Yadnya Kasada tahunan yang berlangsung kurang lebih dalam waktu satu bulan. Pada hari ke-14, biasanya masyarakat Tengger akan berkumpul di Pura Luhur Poten ini untuk meminta berkah dari Ida Sang Hyang Widi Wasa dan penguasa Mahameru Gunung Semeru. Kemudian berbagai macam hasil dari sepanjang tepi kawah Gunung Bromo menjadi sesaji yang akan dilemparkan ke dalam kawah. Perbedaan yang menonjol antara candi di Bromo ini dan candi yang ada di Bali adalah jenis bahan batu dan bahan bangunan. Pura Luhur Poten yang ada di Bromo menggunakan batu hitam alami yang berasal dari gunung api di dekatnya, sementara candi di Bali sebagian besar terbuat dari material batu bata merah. Dalam pura ini, terdapat beberapa bangunan dan juga kandang selaras di dalam komposisi zona mandala. Aktivitas Gunung Bromo Letusan pada tahun 2004 Gunung Bromo pernah meletus pada tahun 2004. Letusan tersebut mengakibatkan kematian dua orang karena terkena batu dari ledakan gunung. Letusan pada tahun 2010 Pada hari Selasa, bulan November tanggal 23, tahun 2010, pukul WIB Waktu Indonesia Barat, Pusat Vulkanologi dan Indonesia Mitigasi Bencana Geologi CVGHM menegaskan bahwa status aktivitas di Gunung Bromo sedang “waspada” karena semakin meningkatnya aktivitas tremor dan gempa vulkanik dangkal yang terjadi di gunung. Kekhawatiran semakin besar dan prediksi bahwa letusan gunung berapi mungkin mungkin terjadi semakin kuat. Tindakan pencegahan pun dilakukan dan penduduk setempat juga wisatawan diminta untuk tidak terlalu dekat dengan Gunung Bromo, setidaknya dalam radius tiga kilometer dari kaldera Bromo didirikan perkemahan untuk para pengungsi. Daerah di sekitar Teggera kaldera Bromo tetap terlarang untuk para pengunjung di sisa akhir tahun 2010. Kemudian Bromo mulai meletus abu pada hari Jumat 26 November 2010. Pada tanggal 29 November 2010 Juru bicara Kementerian Perhubungan Bambang Ervan mengumumkan kalau bandara domestik Malang akan ditutup sampai dengan 4 Desember 2010. Malang merupakan kota besar dan berpenduduk sekitar jiwa dan lokasinya berada sekitar 25 km 16 mil arah barat dari Gunung Bromo. Bandara Abdul Rachman Saleh biasanya menangani sekitar 10 penerbangan domestik setiap harinya yang berasal dari ibukota Jakarta. Pemerintah vulkanologi Surono melaporkan kalau gunung berapi akan memuntahkan kolam abu sampai dengan radius sekitar 700 meter kaki ke langit. Letusan pada tahun 2011 Letusan Gunung Bromo pada tanggal 22 Januari 2011 pukul 0530 membuat Kawah Gunung Bromo sampai tidak terlihat Kawah Tengger masih aktif pada waktu akhir Januari 2011, kegiatan yang ditandai dengan fluktuasi letusan sedang berlangsung. Pada tanggal 23 Januari 2011 Pusat Vulkanologi Indonesia dan Mitigasi Bencana Geologi CVGHM Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa sejak tanggal 19 Desember 2010 abu dan material vulkanik pijar sudah dikeluarkan oleh aktivitas letusan gunung dan menghasilkan hujan yang lebat dari bahan yang jatuh di sekitar kawah. Letusan terus menerus yang terjadi pada tanggal 21 Januari menyebabkan banyak abu tipis jatuh terutama di daerah desa Ngadirejo dan Sukapura Wonokerto yang ada di Kabupaten Probolinggo. Dampak yang dihasilkan dari hujan lebat abu vulkanik akibat letusan gunung sejak 19 Desember 2010 mengakibatkan aktivitas normal jadi terganggu. Kemudian pada awal 2011 keprihatinan tentang ekonomi lokal dan masalah potensi lingkungan juga kesehatan dalam jangka panjang di antara warga yang ada di wilayah sekitar Gunung Bromo. Karena curah hujan musiman yang sangat tinggi pada bulan Januari 2011 potensi lahar dan aliran lava naik karena deposito abu vulkanik, pasir dan bahan lainnya yang telah dikeluarkan kemudian dibangun. Orang yang tinggal di tepi Perahu Ravine, Nganten Ravine dan Sukapura Sungai disiagakan untuk kemungkinan aliran lava, terutama ketika hujan lebat di daerah sekitar Cemorolawang, Ngadisari dan Ngadirejo. Cara Liburan ke Gunung Bromo Darimanapun Anda berasal, bisa menuju kota Surabaya atau Malang terlebih dahulu. Jauh hari sebelum berangkat, pastikan untuk merencanakan liburan Anda dengan baik. Agar lebih mudah dan lebih murah, Anda bisa memesan paket wisata Bromo, pasti lebih murah dan lebih efisien. Jika Anda pesan paket wisata Bromo, Anda akan dijemput di Surabaya atau Malang, atau area sekitarnya. Kemudian diantarkan ke Bromo, sampai diantarkan kembali menuju lokasi yang Anda inginkan, di Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Sangat mudah, murah, dan tidak membuang banyak waktu.
1 Gunung Semeru atau Mahameru merupakan bagian dari pengelolaan taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang mencakup lembah dan gunung seluas 50.273,3 hektar. 2. Di dalam kompleks Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini, terdapat Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Kursi, Gunung Watangan, dan Gunung Widodaren.
Kawah Bromo mengepulkan asap putih, berdampingan dengan Gunung Batok, berlatar Gunung Semeru merupakan pemandangan umum yang diambil dari Gunung Pananjakan. Dari trek ini pula, Martolo 62th, warga Dusun Wonosari, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencari rumput siang itu. Dari jauhan, tampak kawah Bromo, puncak Gunung Bromo, mengeluarkan asap tebal, berwarna kelabu. “Bromo “belum sehat”, wisata dialihkan. Tapi kami aman,” kata Martolo. Ia dan masyarakat yang bermukim di sekitar Bromo sudah terbiasa dengan aktivitas Bromo. Menurut kepercayaan Suku Tengger, ketika Bromo sedang erupsi takkan melukai. Bromo sedang “bekerja”, melakukan sesuatu di bawah sana, sehingga wajar bila mengeluarkan material berupa abu vulkanik yang akan dibagi rata ke segala penjuru mata angin. Siang itu, 11 Januari 2015, ke arah barat. Lain hari akan ke barat daya dan arah lain sebagaimana Bromo yang berbagi “berkat” dengan merata. Abu vulkanik bagi Suku Tengger merupakan berkat bingkisan dari Bromo untuk menyuburkan tanah di sekitarnya. “Saya menanam kentang, ya semuanya rusak. Tapi masih ada bawang daun yang ditanam di sela-sela kentang, masih bisa dipanen,” tambah Martolo. Ada 3 jenis sayuran yang ditanam di masyarakat sekitar Bromo yaitu kentang, kubis, dan bawang daun. Saat abu vulkanik mengguyur tanah pertanian, hanya bawang daun yang masih bisa dipanen, lainnya tertimbun abu dan mati. Bawang daun tidak menampung abu karena bentuk daunnya yang runcing dan licin, sehingga abu turun ke bawah. Begitulah, ada kepercayaan bila Bromo “sedang bekerja”, tidak boleh diganggu. Menurut Martolo, tak perlu mengeluh. Masih ada yang tetap bisa dilakukan seperti biasa. “Biasanya juga melakukan sesaji, untuk mengirim doa keselamatan pada leluhur,” kata Martolo. Sesaji ini dilakukan bila Bromo erupsi, bertujuan untuk mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi penduduk. Sesaji ini dikirim untuk persembahan kepada Bromo agar lebih tenang. Kepercayaan masyarakat Bromo terhadapap gunungapi sama halnya dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada masa lampau, bahwa gunungapi merupakan kekuatan. Hubungan religius antara masyarakat, kkhusunya suku Tengger dengan gunung api sudah terjalin sejak zaman kuno. Bahkan menurut Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya 1996, pemujaan terhadap gunung api ini jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Jawa. Hubungan itu terus terjalin, hingga kejayaan Kerajaan Majapahit. Legenda masyarakat Tengger yang percaya sebagai leluhur mereka dari Rara Anteng dan Jaka Seger dari Majapahit masih melestarikan ritual tersebut yakni dengan upacara Kasada. Upacara ini menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang pada tanggal 14 bulan ke-10 kalender Jawa. Merupakan ritual Hindu Tengger yang berpusat di sekeliling Gunungapi Bromo. Puncak dari acara dengan melempatkan hasil bumi sebagai persembahan ke kawah Gunung Bromo. Bila terjadi erupsi seperti sekarang, wisatawan pun masih bisa datang untuk menyaksikan erupsi Bromo. Memang tidak boleh mendekati ke lautan pasir, apalagi ke kawah. Jarak aman radius 2,5km dari kawah. Gunung Penanjakan merupakan salah satu alternatif untuk menikmati Bromo, menikmati matahari terbit, dan juga melihat view Bromo. View matahari terbit merupakan daya tarik Bromo sejak masa silam. Sebagaimana dicatat oleh James R. Rush dalam buku Jawa Tempoe Doelo, 650 Tahun Bertemu Dunia Barat Komunitas Bambu, 2013, John Whitehead, ornitholog yang melakukan pendakian ke Bromo pada tahun 1880-an demi memburu pemandangan matahari terbit “merah darah”. “Saya tadi pagi ke sana. Sebelum matahari terbit. Menakjubkan,” kata Silvi, salah satu wisawatan dari Italia yang datang ke Bromo akhir Desember 2015. Ia bersama kawannya, Martha datang untuk mengunjungi Bromo, Ijen, dan kemudian ke Pulau Bali. Erupsi tidak terdaftar dalam perjalananan. Tetapi itu menjadi kejutan yang menyenangkan. Dengan mata berbinar penuh ketakjuban ia mengagumi erupsi Bromo, sebuah aktivitas berbahaya yang bisa disaksikan di depan mata. Berlama-lama ia menyaksikan erupsi ini dari depan hotel yang menghadap view Bromo. !break!Panorama desa yang tak jauh dari Kaldera Bromo. Tanah-tanah pertanian yang awalnya hijau dengan aneka sayuran sekarang berubah menjadi kelabu karena tertutup abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo. Titik Kartitiani Daya tarik Bromo yang tak ada di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah. Ketika naik ke puncak dengan ketinggian mdpl, maka akan terlihat kawah selebar 100km dengan bagian tengah masih mengepulkan asap sebagai kawah yang aktif. Puncak Bromo ini terdapat di kawasan Kaldera Tengger yang memuat 5 gunung, yaitu Gunung Mungal Gunung Batok Gunung Widodaren Gunung Iderider mdpl, dan Gunung Bromo itu sendiri. Masing-masing kisah pembentukannya merupakan kisah geologi yang menarik untuk dicermati. Komplek Kaldera Tengger selebar 16km ini diperkirakan dibentuk secara bertahap, sekitar 2 juta tahun silam, erah zaman Pleistosen akhir dan Holosen awal. Rekam Jejak Aktivitas Bromo Menurut pantauan Pos Pengamatan Gunungapi Bromo di Dukuh Cermoro Lawang, Desa Ngadisari, aktvitas Bromo terekam mulai meningkat pada Bulan Oktober 2015. Kemudian ditetapkan Siaga pada tanggal 4 Desember 2015 hingga kini. Menurut M. Syafei, pengamat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, Bromo, tidak bisa dipastikan sampai berapa lama aktivitas Bromo berlangsung. Terakhir terpantau erupsi Bromo pada tahun 2010. Erupsi berlangsung selama 7 bulan. Dalam ingatan Martolo, letusan besar sampai ia mengungsi, terjadi pada tahun 1980-1982, karena terjadi lemparan batu. Badan Geologi mencatat bahwa letusan-letusan kecil yang menjadi puncak aktivitas Bromo pada 21 Juni 1980 sebanyak 2-3 kali letusan per menit. Letusan besar terjadi 2-3 menit menyemburkan abu, pasir, dan bongkahan lava dengan garis tengah sampai 1-1,7m. Bongkahan ini menyebar di sekitar bibir kawah bagian luar, sedangkan penyebaran abu ke arah barat laut sejauh lebih kurang 5km di daerah Tosari. Lemparan material berdiameter 10-25cm mencapai jarak di kaki Gunung Batok. Tercatata juga, pada tanggal 11-14 Juli, terjadi peningkatan lagi berupa semburan asap berwarna hitam dengan ketinggian mencapai di atas kawah, menyebabkan hujan abu di Ngadisari yang jaraknya 5km. Peristiwa inilah yang menyebabkan Martolo dan warga desa sempat mengungsi. Sedangkan erupsi terakhir pada tahun 2010-2011 tidak sampai mengungsi, walau gemuruh terdengar lebih keras dari sekarang. Juga hujan abu vulkanik lebih tebal. Tanggal 23 November 2010 ditetapkan di level III Siaga. Pada sore harinya, pukul WIB dinaikkan menjadi level IV awas ketika terjadi letusan lebih besar dengan ketinggan asap 400-800m. Erupsi pada periode ini mencapai 7 bulan, sampai aktvitas Bromo normal kembali. Bila kondisi normal, tinggi asap antara 50-100m dari kawah dan berwarna putih. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
GunungBromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur dan Indonesia bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Sebagai sebuah objek wisata, Gunung Bromo yang tegak berdiri di tengah lautan pasir menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Cacar Monyet: Asal Mula, Cara Penularan, dan Pencegahannya. Akhlis
Kali ini saya menulis tentang sejarah atau asal mula Gunung Bromo. Banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal mu-asal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita rakyat menurut warga sekitar tentang asal mula Gunung Bromo. langsung aja ke cerita yuk Berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Gunung Bromo Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Asal Usul Suku Tengger Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo . Pada masa itu berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo Purba Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Cerita Asal Usul Suku Tengger. Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo. Larangan Di Gunung Bromo Gunung Bromo begitu mempesona sehingga banyak para wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk bisa menikmati keindahan alamnya. Namun untuk sahabat yang akan berlibur ke gunung bromo harus tahu larangan apa saja yang harus ditaati ketika pergi ke bromo. Dilarang Melangkahi Pawon Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, seseorang dilarang melangkahi pawon. Pawon sendiri merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika seseorang melangkahi pawon, dia diyakini akan kehilangan jodohnya atau jodohnya akan direbut oleh orang lain. Membawa pulang batu bata dari Gunung Bromo Larangan ini juga patut sahabat ketahui karena jika tidak, itu bisa berakibat buruk pada diri sahabat. Ketika sahabat berwisata ke Gunung Bromo, jangan coba-coba membawa pulang batu bata dari tempat tersebut. Jika sahabat melakukannya, penghuni Bromo’ diyakini akan marah dan dapat membawa nasib buruk bagimu. Kencing menghadap Gunung Bromo Meski terdengar absurd, sahabat nggak boleh buang air menghadap ke arah Gunung Bromo. Hal ini dipercaya akan membawa nasib buruk bagi pelakunya, karena aktivitas itu dinilai melecehkan penghuni’ Gunung Bromo. Bertindak atau berkata kotor saat masuk Pura Datang ke Bromo belum lengkap jika belum mampir ke Pura Luhur Poten. Tapi ingat, jika sahabat ingin berkunjung ke pura ini, dilarang keras untuk melakukan tindakan ataupun bertutur yang nggak pantas. Wanita yang sedang haid dilarang masuk Pura Selain tidak diperkenankan untuk bertindak, berbicara, atau berpikir hal yang nggak pantas di dalam pura, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk masuk ke area suci tersebut. Jadi, jika sahabat sedang dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk masuk. Begitulah Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” menjadi cerita rakyat yang membudaya bagi masyarakat suku tengger di kawasan gunung bromo. Cerita tentang Sejarah Dan Legenda Wisata Gunung Bromo dengan peran ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” sangat populer bagi wisatawan Liburan Ke Bromo.
LegendaAsal-Usul Gunung Bromo dalam Bahasa Inggris dan Artinya . Gunung bromo. Once upon a time in the area lived a beautiful girls with name rara anteng. Why she was named with rara anteng ? She was named with that name because when she was born in the world she was not crying like other baby that always crying, she was so silent and her Gunung Bromo terkenal dengan keindahannya yang eksotis. Namun, apakah kamu tahu kalau tempat ini memiliki legenda yang sangat menarik untuk diikuti? Buat belum pernah membaca atau ingin menyimaknya ulang, langsung saja cek berikut ini, yuk!Kamu berniat untuk mengunjungi Gunung Bromo? Kalau iya, nggak ada salahnya untuk mengetahui lebih dalam tentang tempat wisata ini. Tak hanya menawarkan keindahan, tempat ini pun memiliki legenda menarik yang layak untuk disimak, lho. Kalau penasaran, kamu bisa membaca legenda asal-usul Gunung Bromo di yang juga dikenal sebagai legenda Jaka Seger dan Rara Anteng ini menceritakan tentang kesetiaan cinta sejati. Meskipun ada yang menghalangi, kalau sudah ditakdirkan bersama, pasti akan tetap bersama. Selain itu, cerita ini juga mengisahkan tentang konsekuensi sebuah hanya sinopsis ceritanya, di sini kamu juga bisa menyimak ulasan unsur instrinsik beserta fakta menariknya untuk menambah wawasan. Sudah tidak sabar ingin segera membaca legenda asal-usul Gunung Bromo? Langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya! Sumber Visit Probolinggo Pada zaman dahulu kala, di sebuah pertapaan hiduplah seorang Brahmana yang bijak. Istrinya baru saja melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. Bayi tersebut lahir dengan sehat dan memiliki tangisan yang kencang, maka dari itu diberi nama Jaka Seger. Sementara itu di tempat lain, lahirlah seorang bayi yang memiliki para cantik jelita dari sepasang suami istri. Bayi perempuan tersebut adalah titisan seorang dewa. Karena ketika lahir ia hanya diam saja dan begitu tenang, maka diberi nama Rara Anteng. Hari demi hari pun berganti, kedua bayi tersebut kemudian beranjak dewasa. Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik dan disukai banyak pemuda. Namun, hatinya sudah tertambat pada sosok Jaka Seger. Perasaan tersebut nyatanya tak hanya dirasakan sepihak saja. Lelaki berparas tampan itu juga menyukainya. Kemudian, keduanya pun menjalin cinta. Datanglah Sebuah Masalah Kecantikan Roro Anteng rupanya begitu tersohor hingga beritanya terdengar oleh seorang pertapa sakti berwujud raksasa bernama Kyai Bima yang tinggal di lereng Gunung Bromo. Ia datang menemui keluarga sang gadis dan bermaksud untuk meminangnya. Kalau ditolak, ia mengancam akan menghancurkan desa. Perempuan cantik itu begitu bimbang. Ia tentu tidak bisa menerima pinangan tersebut karena mencintai kekasihnya. Namun, di satu sisi, ia juga tak mau kalau desanya dihancurkan. Sang kekasih pun tak dapat berbuat apa-apa karena Kyai Bima bukanlah tandingannya. Karena sang raksasa terus mendesak, akhirnya Rara Anteng memberikan syarat. Katanya, “Aku mau engkau membuatkanku danau di atas Gunung Bromo. Engkau harus menyelesaikannya hanya dalam waktu semalam dan sebelum ayam berkokok.” Mendengar hal tersebut, Kyai Bima hanya tertawa karena baginya itu adalah sebuah hal yang sangat mudah dilakukan. Setelah itu, ia pun bergegas untuk pergi ke tempat yang dimaksud dan mulai mengerjakan danaunya. Sang raksasa yang sakti tersebut begitu percaya diri. Dengan kekuatannya, ia pun hanya menggunakan batok atau tempurung kelapa untuk mengeruk tanah. Tanpa lelah, ia terus mengeruk dan mengeruk hingga terbentuklah lubang besar yang telah siap untuk diisi air. Menggagalkan Rencana Sang Raksasa Sumber Cerita Rakyat Nusantara Dari kejauhan, Rara Anteng mengawasinya. Saat melihat kalau danau hampir selesai dibuat, ia merasa gusar dan gelisah. Ia tak menyangka kalau pertapa sakti tersebut bisa melakukannya. “Aduh, bagaimana ini? Raksasa itu benar-benar sakti. Pasti nanti pagi danau itu sudah selesai. Bagaimana caranya agar aku dapat menggagalkannya?” katanya dalam hati. Perempuan tersebut kemudian memutar otak untuk mencari cara agar bisa menghentikannya. Ia kemudian pulang dan membangunkan warga desa. Dirinya mengajak perempuan yang lainnya untuk padi menggunakan lesung. Sementara itu, para lelaki disuruhnya untuk membakar jerami di sebelah timur supaya terlihat seperti fajar akan segera terbit. Suara lesung pun bersahut-sahutan, hal tersebut kemudian membangunkan ayam-ayam jantan milik warga. Ayam-ayam tersebut kemudian berkokok. Di tempat lain, Kyai Bima begitu terkejut mendengar suara kokokan ayam itu. Ia mengira kalau fajar memang telah tiba. Ia merasa kesal karena gagal memenuhi syarat yang berarti tak dapat menikahi Rara Anteng. Dengan penuh amarah, ia kemudian melemparkan batok yang di tangannya lalu pergi begitu saja. Batok yang dilempar tadi pun kemudian jatuh ke tanah dan membentuk sebuah gunung yang kemudian dinamai Gunung Batok. Setelah masalah tersebut selesai, Rara Anteng dapat kembali bersama dengan Jaka Seger. Pasangan yang dimabuk asmara tersebut kemudian memutuskan untuk menikah. Baca juga Kisah Jaka Tarub & Tujuh Bidadari Beserta Ulasan Menariknya Tak Kunjung Diberi Anak Sumber Harnaeni – Citra Budaya Kamu mungkin berpikir kalau cerita legenda asal-usul Gunung Bromo di atas sudah selesai, kan? Tapi tunggu dulu, karena ternyata masih ada kelanjutannya, lho. Setelah menikah, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger kemudian mendiami sebuah kawasan yang diberi nama Tengger. Nama tempat tersebut adalah gabungan dari nama dua orang itu. Selain itu, nama itu juga bisa diartikan sebagai “tenggering budi luhur” yang berarti bermoral tinggi dan simbol perdamaian abadi. Jaka Seger menjadi pemimpin di kawasan tersebut dan hidup tenteram bersama warga yang lain. Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakannya belumlah lengkap tanpa kehadiran seorang buah hati. Padahal, usia pernikahan mereka bisa dibilang sudah cukup lama. Lalu pada suatu hari, pasangan tersebut memutuskan untuk bersemedi di Gunung Bromo. Dengan melakukan ritual ini, mereka berharap bisa segera mendapatkan keturunan. Setelah beberapa hari bersemedi, tiba-tiba datanglah suara gaib dari dewa terdengar. Suara tersebut mengatakan bahwa permohonan pasangan itu untuk mendapatkan anak akan terkabul. Namun sebagai imbalannya, anak terakhir mereka nantinya harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Rara Anteng dan Jaka Seger pun tanpa pikir panjang menerima persyaratan yang diberikan. Mengenai konsekuensinya, mereka akan memikirkannya nanti. Lalu kemudian, di tengah kawah muncullah api membara yang menandakan kalau doanya akan segera dikabulkan. Janji yang Harus Ditagih Sekembalinya dari bersemedi, Rara Anteng hamil dan melahirkan seorang anak. Hal itu terjadi setiap tahun dan mereka akhirnya memiliki anak yang berjumlah 25 orang. Setelah itu, Rara tidak dapat hamil lagi. Beberapa tahun pun berlalu, pasangan tersebut hidup bahagia dengan anak-anak mereka. Si bungsu yang diberi nama Jaya Kesuma pun tumbuh menjadi anak yang tampan, cerdas dan tangkas. Hingga pada satu malam, Jaka Seger bermimpi bertemu dengan seorang dewa. Di dalam mimpi tersebut, ia ditegur sang dewa karena lupa menepati janjinya untuk menyerahkan anak bungsunya sebagai sesajen di kawah Gunung Bromo. Kalau janji tersebut tidak dipenuhi, maka desanya akan dilanda malapetaka. Pagi harinya ketika bangun, lelaki tersebut merasa begitu sedih. Meskipun sudah berjanji, ia tetap saja tidak tega untuk menyerahkan anak yang disayanginya itu. Pada awalnya, ia mengajak sang istri berunding untuk bagaimana ngatakan hal tersebut pada si bungsu. Dengan berat hati, mereka kemudian menceritakan semuanya kepada anak lelaki kesayangan tersebut. Denga bijak, Jaya Kesuma pun berlapang dada dan bersedia untuk dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Katanya, “Ayah dan Bunda tak perlu bersedih. Ananda akan melakukan apa saja termasuk dikorbankan demi keselamatan penduduk Tengger Ayahanda, Ibunda, serta kakak-kakak.” Dengan hati yang begitu kacau, kedua orang tuanya pun menerima keputusan si bungsu dengan lapang dada. Pada hari yang telah ditetapkan, yaitu tanggal 14 bulan Kasadha, Jaya Kesuma di antar oleh keluarga dan warga desa untuk pergi ke kawah Bromo. Sesampainya di sana, ia pun berkata, “Aku akan menceburkan diri kedalam kawah demi ketenteraman rakyat Tengger di sini. Kirimkanlah aku hasil ladang pada saat terang bulan, yaitu pada tanggal ke 14 bulan Kasadha.” Setelah itu, ia menceburkan diri ke dalam kawah dan seketika menghilang tersambar api. Sejak saat itu, acara yang disebut tradisi Kesada ini selalu dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Tengger yang merupakan keturunan dari Rara Anteng dan Jaka Seger. Baca juga Kisah Asal-Usul Kesenian Populer Reog Ponorogo Beserta Ulasan Menariknya Unsur Intrinsik Cerita Legenda Asal-Usul Gunung Bromo Sumber Badan Bahasa Kemdikbud Kamu pastinya sudah membaca ringakasan legenda asal-usul Gunung Bromo di atas, kan? Gimana? Pastinya seru, dong? Nah selanjutnya di sini, kamu akan menyimak ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. Berikut ini adalah pembahasannya 1. Tema Inti cerita atau teman dari legenda asal-usul Gunung Bromo adalah tentang janji yang harus ditepati. Seperti yang telah kamu baca, Rara Anteng mungkin bisa berbuat curang melawan Kyai Bima. Akan tetapi, ia tidak bisa mengelak dari perjanjiannya yang kedua, yaitu menyerahkan anaknya ke kawah Gunung Bromo. 2. Tokoh dan Perwatakan Dalam cerita rakyat asal-usul Gunung Bromo ini, ada beberapa tokoh yang akan diulik. Tokoh-tokoh tersebut adalah Rara Anteng, Jaka Seger, Kyai Bima, dan Jaya Kesuma. Rara Anteng adalah seorang wanita cantik yang memiliki hati dan kepribadian baik. Namun, karena Bima memaksa untuk mempersuntingnya, ia pun rela melakukan hal yang curang karena tidak mau mengkhianati kekasih hatinya, Jaka Seger. Selanjutnya, ada Jaka Seger. Ia digambarkan sebagai sosok lelaki tampan yang bertanggung jawab serta bijaksana. Meskipun begitu, ia juga manusia yang memiliki kelemahan. Ia lupa terhadap janjinya pada dewa dan terbuai dengan kebahagiaanya sendiri. Kyai Bima yang merupakan tokoh antagonis dalam cerita ini memiliki sifat yang pemaksa dan ingin menang sendiri. Rela mengancam orang lain supaya mendapatkan apa yang ia mau. Selanjutnya, Jaya Kesuma adalah seorang anak laki-laki yang bijak. Dengan lapang dada, ia mau berkorban dan menjalankan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan orang tuanya. 3. Latar Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, cerita Gunung Bromo merupakan legenda dari suatu tempat, maka bisa diketahui dengan jelas di mana letaknya. Kisah ini berlatar tempat di Gunung Bromo yang berada di Provinsi Jawa Timur. Sementara itu jika ditilik lebih lanjut, di dalam cerita juga ada setting tempatnya. Beberapa di antaranya adalah desa Rara Anteng dan Jaka Seger, Gunung Bromo, dan kawasan Tengger. 4. Alur Apabila dilihat lebih lanjut, kisah legenda asal-usul Gunung Bromo ini memiliki alur maju. Ceritanya dimulai dari lahirnya Rara dan Jaka. Kemudian, mereka dewasa dan jatuh cinta. Setelah itu datanglah pertapa jahat yang merusak kebahagiaannya. Beruntung, itu semua dapat diatasi. Lalu mereka menikah dan hidup bahagia. Sayangnya, mereka tak kunjung dikaruniai buah hati. Pasangan itu pun melakukan perjanjian dan doanya untuk meminta anak dikabulkan. Kisahnya ditutup dengan mengorbankan si bungsu ke kawah Gunung Bromo untuk menggenapi perjanjian yang dibuat. 5. Pesan Moral Dari kisah legenda asal-usul Gunung Bromo tersebut, kamu dapat memetik pelajaran yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah untuk menepati janji yang kamu buat. Karena kalau tidak, itu nantinya malah akan membuat hidupmu kacau. Selanjutnya, setiap perbuatan itu ada konsekuensinya. Kalau kamu yakin bisa menanggungnya, maka lakukanlah. Kalau tidak, mungkin kamu bisa mencari alternatif lainnya. Tak hanya unsur intrinsik saja, kamu juga jangan lupa untuk memperhatikan unsur ekstrinsik yang membangun kisah legenda Gunung Bromo ini. Biasanya, unsur ekstrinsik tersebut ada kaitannya dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang dikandungnya. Baca juga Kisah Si Pitung Sang Robin Hood dari Betawi Beserta Ulasannya Fakta Menarik Seputar Gunung Bromo Sumber Wikimedia Commons Mengenai kisah dan unsur instrinsik yang membangun legenda asal-usul Gunung Bromo sudah kamu baca. Selanjutnya, jangan lewatkan fakta-fakta menarik seputar tempat wisata yang satu ini. 1. Sejarah Terbentuknya Gunung Bromo Tadi, kamu sudah menyimak kisah asal-usul Gunung Bromo dari legenda, kan? Nah, kalau ditinjau dari ilmu pengetahuan, tentu ceritanya akan beda lagi. Dulu ada dua gunung saling berhimpitan yang dinamai Gunung Tengger. Gunung tersebut merupakan gunung aktif yang tertinggi dan terbesar pada waktu itu. Hingga pada suatu hari, salah satu dari gunung tersebut meletus dan materi vulkaniknya terlempar jauh sehingga membentuk lubang yang besar dan dalam. Tak lama berselang, terjadilah letusan gunung yang begitu besar sehingga terbentuk kaldera yang berdiameter lebih dari 8 km. Selanjutnya, letusan tersebut juga memunculkan beberapa gunung seperti Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Widodaren, Gunung Batok, dan Gunung Bromo serta menimbulkan lautan pasir. 2. Dijadikan Tempat Wisata Gunung Bromo terletak di empat kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang. Gunung aktif yang memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut tersebut merupakan salah satu destinasi wisata populer yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Kalau kamu berkunjung ke sana, kamu bisa melihat hamparan pasir dan kaldera yang memukau. Selain itu, salah satu atraksi alam yang tak boleh kamu lewatkan adalah peristiwa matahari terbit atau sunrise. Spot yang paling ciamik untuk menikmatinya adala di Puncak Pananjakan. Untuk yang suka mendaki, kamu juga bisa mendakinya sampai ke puncak gunung dengan melewati beberapa jalur. Keempat jalur tersebut adalah dari arah Pasuruan menuju Desa Tosari, lewat Desa Cemoro Lawang, dan melewati lautan pasir. Baca juga Legenda Mengenai Asal Usul Danau Toba, Fakta Menarik, dan Ulasan Lengkapnya Sudah Puas Membaca Legenda Asal-Usul Gunung Bromo dan Ulasannya? Itulah tadi kisah legenda Gunung Bromo yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana, nih? Ceritanya menarik dan memiliki pesan positif sebagai pembelajaran dalam menjalani kehidupan, kan? Nah, buat yang masih pengin membaca cerita rakyat atau legenda dari daerah lain, kamu nggak perlu bingung-bingung lagi. Langsung saja cek artikel PosKata yang lainnya. Contohnya ada Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang, Lutung Kasarung, asal mula Telaga Warna, dan lain-lain. Tunggu apa lagi? Dilanjutkan membacanya, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
\n\nawal mula gunung bromo
GunungBromo menjadi salah satu destinasi wisata Indonesia yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. karena Subscribe Now Facebook Instagram Twitter Linkedin Youtube

Jakarta - Gunung Bromo adalah salah satu gunung aktif di Jawa Timur dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bromo sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Brahma yang merupakan salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu. Sedangkan dalam bahasa Tengger Bromo dibaca terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan dikelilingi oleh empat kabupaten yaitu Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang. Gunung Bromo memiliki puncak tertinggi nomor dua setelah beberapa fakta menarik mengenai Gunung Bromo 1. Proses terbentuknya Gunung BromoGunung Bromo serta lautan pasir berasal dari 2 gunung yang saling berhimpitan satu sama lain yang keduanya dinamakan Gunung Tengger 4. 000 meter dpl yang merupakan gunung tertinggi saat fenomena letusan kecil dengan materi vulkaniknya terlempar ke arah tenggara sehingga membentuk lembah yang besar dan dalam. Setelah itu, terjadi letusan yang dahsyat hingga menciptakan kaldera yang memiliki diameter lebih dari 8 lanjutan dari letusan gunung tersebut ialah memunculkan lorong magma di tengah kaldera sehingga memunculkan beberapa gunung lain, yaitu Gunung Widodaren, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo, serta menimbulkan terjadinya lautan Upacara KasadaUpacara Kasada adalah upacara yang dilakukan oleh agama Hindu dari Suku Tengger, namun tidak dilakukan oleh agama Hindu Kasada merupakan salah satu ritual yang dilakukan untuk meminta pengampunan kepada Brahma dalam sebuah bentuk pengorbanan. Pengorbanan ini dapat berupa pakaian, uang, makanan, sayuran, buah-buahan, dan hasil Kasada dilakukan setiap hari ke-14 di bulan Kasada dalam penanggalan Memiliki salah satu spot sunrise yang favoritKetikan melakukan penanjakan, hal yang paling dicari oleh para pendaki gunung Bromo adalah dapat melihat keindahan matahari terbit yang berada di puncak sedikit para pendaki yang rela ke puncak Bromo untuk melihat keindahan ini, dan menjadikannya sebagai salah satu spot foto favorit bagi para pendaki Gunung Bromo. Para pendaki dapat memulai perjalanannya dari Cemoro Lawang di Bukit TeletubbiesBukit yang sering disebut dengan nama Bukit Teletubbies ini aslinya adalah sebuah padang rumput sabana dengan dikelilingi oleh hamparan bunga-bunga yang cukup siang hari, bukit tampak indah sekali dengan hamparan rerumputan yang hijau. Bukit ini berada di balik Gunung Bromo, sehingga para wisatawan yang ingin ke daerah ini harus mengeluarkan tenaga yang extra untuk mendapatkan pemandangan yang sangat Gunung dengan letusan yang teraturGunung Bromo memiliki keunikannya sendiri, yaitu memiliki letusan yang teratur. Letusan ini dikatakan teratur karena Gunung Bromo selalu meletus setiap 30 tahun sekali, yang dimulai dari tahun 1767, 1974, dan yang terakhir 2015. Gunung Bromo memiliki waktu erupsi yang singkat yaitu 20 menit pada tahun 2004, dan erupsi yang panjang dengan lama waktunya adalah 9 bulan pada tahun Fenomena embun esFenomena embun es ini dapat disebut dengan fenomena tahunan yang terjadi di Gunung Bromo. Embun es atau bun upas frost terjadi dibeberapa titik di Gunung Bromo yakni di Lautan Pasir, Pasir Berbisik, dan Bukit embun es ini terjadi karena penurunan suhu yang drastis dengan tekanan angin yang cukup tinggi. Biasanya embun es ini terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Sedangkan untuk puncaknya terdapat di awal dan pertengahan tahunnya, fenomena ini selalu dinantikan kehadirannya oleh para wisatawan. Bagi para wisatawan yang ingin melihatnya, dapat melihat embus es pada pukul WIB sampai WIB. Simak Video "Polisi Ungkap Penyebab Hilangnya Patung Ganesha di Gunung Bromo" [GambasVideo 20detik] pin/pin

5MYDuA.
  • v5jhoaoajl.pages.dev/275
  • v5jhoaoajl.pages.dev/149
  • v5jhoaoajl.pages.dev/496
  • v5jhoaoajl.pages.dev/384
  • v5jhoaoajl.pages.dev/21
  • v5jhoaoajl.pages.dev/152
  • v5jhoaoajl.pages.dev/485
  • v5jhoaoajl.pages.dev/187
  • awal mula gunung bromo